NAMA-NAMA SYURGA DAN NERAKA

Tingkatan dan nama-nama syurga ialah :-
1. Firdaus
2. Syurga 'Adn
3. Syurga Na'iim
4. Syurga Na'wa
5. Syurga Darussalaam
6. Daarul Muaqaamah
7. Al-Muqqamul Amin
8. Syurga Khuldi

Sedangkan tingkatan dan nama-nama neraka adalah :-
1. Neraka Jahannam
2. Neraka Jahiim
3. Neraka Hawiyah
4. Neraka Wail
5. Neraka Sa'iir
6. Neraka Ladhaa
7. Neraka Saqar
8. Neraka Hutomah

Tauladan Imam Hanafi

Nama asli beliau sejak kecil ialah Nu'man bin Tsabit. Lahir di kota Kufah, 699 Masehi. Ayahnya berasal dari kota Kabul Afghanistan. Dengan ini jelaslah bahwa beliau bukan keturunan Arab asli. Kenapa beliau terkenal dengan sebutan Hanafi? Kisahnya sebagai berikut:

Imam Hanafi mempunyai sejumlah putera, di antaranya bernama Hanifah. Maka orang sering memanggilnya dengan sebutan Abu Hanifah. Kemudian baliau menjadi ulama besar. Dan, di segenap kota besar, Abu Hanifah itulah nama yang terkenal bagi beliau. Beliau berijtihad berdasarkan penelitian tentang hukum Islam. Hasil ijtihad itulah yang dikenal orang dengan sebutan "Mazhab Imam Hanafi".

Menurut riwayat, Ayah Imam Hanafi (Tsabit) dikala masih kecil pernah diajak orang tuanya berziarah kepada Ali bin Abi Thalib. Waktu itu Imam Ali berkenan menerima tamunya dan sebelum kembali ke rumah, beliau berdoa; mudah-mudahan dari antara keturunan Tsabit ada yang menjadi orang yang tergolong baik-baik dan berderajad luhur.

KEPATUHAN IMAM HANAFI. 
Dia adalah seorang yang kokoh dan kuat jiwanya, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan beribadat dan beraklaq karimah. Setiap harinya, disamping sangat rajin menunaikan kewajiban, beliaupun jarang tidur dengan pulas meski malam hari. Tiap-tiap malam yang akhir beliau selalu shalat lail dan membaca al-Qur'an sampai khatam.

Imam Syaqiq al Balkhi berkata: "Imam Abu Hanifah adalah seorang yang terhindar jauh dari perbuatan yang dilarang oleh agama; ia sepandai-pandai orang tentang ilmu agama dan seorang yang banyak ibadahnya kepada Allah; amat berhati-hati tentang hukum-hukum agama."

Imam Ibrahim bin Ikrimah berkata: "Di masa hidupku, belum pernah aku melihat seorang alim yang amat benci kemewahan hidup dan yang lebih banyak ibadahnya kepada Allah dan yang lebih pandai tentang urusan agama, selain Imam Abu Hanifah."

UJIAN BERAT. 
Imam Abu Hanifah terkenal berani dalam menegakan kebenaran yang telah diyakini. Berani dalam pengertian yang sebenarnya, berani yang berdasarkan bimbingan wahyu Ilahi. Beliau tak bagitu cinta terhadap kemewahan hidup, maka dari itu tak sedikitpun hatinya khawatir menderita sengsara. Karena sunnatulah masih berlaku bagi manusia, ialah; bahwa orang yang cinta kemewahan hidup di dunia biasanya menjadi panakut, tidak berani menegakan kebenaran yang diridlai Allah.

Beliau adalah seorang yang apabila melihat kemungkaran atau maksiat, dengan seketika itu juga berusaha memusnahkannya. Sifat kelunakan segera lenyap dari hatinya, dan merah kedua matanya, kemudian bertindak keras terhadap kejahatan atau kemungkaran yang diketahuinya.

Beliau berani menolak kedudukan yang diberikan oleh kepala negara; berani menolak pangkat yang ditawarkan oleh pihak penguasa waktu itu dan tidak sagggup menerima hadiah dari pemerintah berupa apapun juga. Hingga karenyanya beliau ditangkap dan ditahan dalam penjara, dipukul, didera dan dianiaya di penjara sampai menyebabkan kematiannya. Yang demikian itu karena beliau seorang pemberani dalam menegakan kebenaran yang diyakininya.

Suatu hari Gubernur Iraq Yazid bin Amr menawarkan jabatan Qadli kepada Imam Hanafi, tetapi beliau menolaknya. Tentu saja sang Gubernur tersingggung dan kurang senang. Perasaan kurang senang itu menumbuhkan rasa curiga. Oleh sebab itu, segala gerak-gerik Imam Hanafi diamat-amati. Kemudian pada suatu hari beliau diberi ancaman hukum cambuk atau penjara manakala masih jua menolak tawaran itu. Sewaktu mendengar ancaman tersebut, Imam Hanafi menjawab: "Demi Allah, aku tidak akan menduduki jabatan yang itu, sekalipun aku sampai dibunuh karenanya."

Sejumlah ulama besar negeri Iraq mengkhawatirkan nasib Imam Abu Hanifah. Mereka datang berduyun-duyuun ke rumahnya untuk menyampaikan harapan supaya beliau suka menerima jabatan yang diberikan itu.

Kata mereka; "Kita memohon kepada engkau dengan nama Allah, hendaknya engkau suka menerima jabatan yang telah diberikan kepada engkau. Gubernur Yazid sudah bersumpah akan menghukum engkau jika masih juga kau tolak tawarannya. Kita masing-masing sebagai kawan yang sangat erat tidak akan suka jika engkau dijatuhi hukuman, dan kita tidak mengharapkan peristiwa itu menimpa diri engkau."

Imam Hanafi tetap teguh, tak bergeming sedikitpun dari kebenaran pendirianya. Akibatnya beliau ditangkap dan dipenjarakan oleh polisi negara selama dua Jum'at. Gubernur memerintahkan agar Imam Abu Hanifah setiap hari dicambuk sebanyak 10 kali.

Sekalipun demikian beliau tetap bersikeras pada pendirian semula. Akhirnya beliau dilepaskan dari penjara setelah menikmati geletaran cambuk algojo sebanyak 110 kali.

Ketika Imam keluar penjara, tampak kelihatan di wajahnya bengkak-bengkak bekas cambukan. Hukuman cambuk itu memang semacam hukuman yang hina. Gubernur sengaja hendak menghinakan diri beliau yang sebenarnya mulia itu.

Hukuman itu oleh Imam Hanafi disambut dengan penuh kesabaran serta dengan suara bersemangat beliau berkata: "Hukuman dunia dengan cemeti masih lebih baik dan lebih ringan bagiku tinimbang cemeti di akherat nanti."

Demikian hal ihwal Sang Imam tatkala menghadapi ujian berat pada pertama kali. Padahal beliau sudah berusia agak lanjut, kurang lebih 50 tahun.

Imam Abu Hanifah di usia itu sempat menyaksikan peralihan kekuasaan negara, dari tangan bani Umayyah ke tangan bani Abbasiyyah sebagai kepala negara pertama adalah Abu Abbas as Saffah. Sesudah itu kepala negara digantikan oleh Abu Ja'far al Manshur, saudara muda dari Khalifah sendiri.

Pada masa pemerintahan Abu Ja'far, Imam Abu Hanifah mendapat panggilan dari Baginda di Bagdad. Sesampai di istana, beliau di tunjuk dan diangkat menjadi hakim (qadhi) kerajaan di Baghdad. Baginda bersumpah keras bahwa beliau harus menerima jabatan itu. Tawaran jabatan setinggi itu beliau tolak dan bersumpah tidak akan sanggup mengerjakannya.

Di tengah pertemuan ada seorang yang pernah menjadi santrinya dan sekarang menjadi pegawai kerajaan, tiba-tiba memberanikan diri berkata kepada beliau: "Apakah guru akan tetap menolak kehendak Baginda, padahal Baginda telah bersumpah akan memberikan kedudukan tinggi kepada guru.

Imam Hanafi dengan tegas menjawab: "Amirul mu'minin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya dari pada saya membayar kifarat sumpah saya."

Oleh karena tetap menolak pengakatan itu, maka sebagai ganjarannya Baginda merintahlan agar Imam Abu HAniafah ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Baghdad, sampai pada massa yang ditentukan oleh Baginda sendiri.

Suatu hari, ada perintah menghadap dari istana, kemudian Baginda bertanya kepada beliau: "Adakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?"

Jawabnya tenang, "Semoga Allah memperbaiki Amirul Mu'minin! Wahai Amirul Mu'minin takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau bersekutu dalam kepercayaan engkau dengan orang yang tidak takut kepada Allah! Demi Allah, saya bukanlah orang yang boleh dipercaya di waktu tenang. Maka bagaimana mungkin saya menjadi orang yang boleh dipercaya diwaktu marah? Sungguh saya tidak sepatutnya diberi jabatan yang sedemikian itu!"

Baginda berkata: "Kamu berdusta, karena kamu patut memegang jabatan itu!"

"Ya Amirul Mu'minin! Sesungguhnya baginda telah menetapkan sendiri (bahwa saya seorang pendusta). Jika saya benar, saya telah menyatakan bahwa saya tidak patut menjabat itu, dan jika saya berdusta, maka bagaimana Baginda akan mengangkat seorang hakim yang berdusta? Di samping itu, saya ini adalah seorang hamba yang dipandang rendah oleh bangsa Arab, dan mereka tidak akan rela diadili oleh seorang golongan hamba (maula) seperti saya ini."

Amirul mu'minin merasa tak mampu lagi membujuk dan melunakan ketegaran pendirian sang Imam. Maka baginda bermaksud memangggil ibunda Imam Abu Hanifah yang waktu itu hidup pada usia sepuh. Sang Ibu diperintahkan agar berkenan membujuk anaknya agar suka menerima jabatan yang telah diberikan baginda berulang kali. Tetapi segala macam bujukan dan daya upaya sang Ibu senantiasa ditolak dengan halus dan keterangan yang sopan.

Pada suatu hari sang Ibu berkata, "Wahai Nu'man! Anakku yang kucintai! Buang dan lemparkan jauh-jauh pengetahuan yang telah engkau punyai ini, melainkan penjara, pukulan cambuk dan kalung rantai besi!"

Perkataan yang sedemikian itu, hanya dijawab oleh beliau dengan lemah lembut dan senyuman manis: "O... ibu! Jika saya menghendaki akan kemewahan hidup di dunia ini, tentu saya tidak dipukuli dan tidak dipenjarakan. Tetapi saya menghendaki akan keridhlaan Allah swt semata-mata, dan memelihara ilmu pengetahuan yang telah saya dapati. Saya tidak akan memalingkan pengetahuan yang selama ini saya pelihara kepada kebinasaan yang dimurkai Allah.

KHATIMAH. 
Imam Abu Hanifah adalah seorang alim (ulama) sejati. Selain ahli di bidang ilmu kalam dan ilmu fiqh, juga mempunyai kepandaian tentang ilmu lainnya, seperti ilmu sastra Arab dan ilmu hikmat.

Pernyataan para cerdik pandai di zamannya cukup menjadi bukti bahwa Imam Hanafi memang seorang yang berguna bagi masyarakat kaum muslimin pada masa itu, bahkan pada masa berikutnya.

Imam Jarir berkata bahwa Imam Mughirah pernah berkata kepadanya, "Duduklah kamu bersama Abu Hanifah, tentu kamu menjadi orang yang pandai. Karena sesungguhnya jika Imam Ibrahim an Nakha'i masih hidup, niscaya beliau duduk bersama-sama Abu Hanifah."

Lebih jauh dari itu beliau adalah seorang ilmuwan yang konsisten dengan disiplin ilmunya. Ilmu yang didasarkan dan bersumber dari al-Qur'an. Sikap konsistenya memang harus dibayar mahal, karena mempertaruhkan hidupnya sendiri.

Beliau seorang yang berjiwa teguh, berhati-hati terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya oleh kebanyakan orang. Dengan kenyataan itu, patutlah jika Imam Abu Hanifah itu seorang yang berani menghadapi malapetaka yang bagaimana pun juga, dan tidak ada perasaan takut menempuh bahaya dalam menegakan kebenaran yang lebih diyakini.

Itulah sebabnya kenapa Imam Abu Hanifah bersikeras tak mau menerima tawaran jabatan tinggi yang tentu saja bagi para pelacur ilmu sangat menggiurkan. Beliau bukan orang yang keras kepala yang maunya lari dari tanggung jawab.

Imam Hanafi tahu persis, apa jadinya jika dia masuk dalam jajaran pejabat pemerintahan waktu itu. Yang jelas pemerintahan bani Ummayah dan Bani Abbasiyah berdiri bukan atas dasar sunnah Rasul. Bentuk pemerintahannya monarkhi, yang sebagian besar bertentangan dengan asas Islam. Kebijakan negara lebih banyak bertumpu pada kehendak raja (penguasa). Sekirannya sang raja seluruh kehendaknya didasarnya al-Qur'a, hal itu tak menjadi masalah.

Tapi waktu itu keadaannya lain. Kehendak raja begitu dominan. Imam Hanafi tak sudi menjadi Qadhi karena khawatir kebenaran sejati tak bebas bergerak dan dipasung. Beliau merasa bebas berada di luar birokrasi, bisa leluasa menyampaikan kebenaran tanpa harus sungkan jabatanya. Lebih-lebih sungkan kepada baginda raja. Di samping itu juga karena hal itu sama artinya ikut berpartisipasi dan melestarikan kedzaliman sang penguasa. Sebenarnya, andaikan pemerintah secara total mau mengikuti sunnah Rasul, Imam Hanafi tak keberatan diangkat menjadi Qadhi.

Suatu hari untuk ke sekian kalinya beliau dipanggil, lalu dipaksa meminum segelas racun, dan oleh beliau lalu diminumlah minuman itu. Setelah kembali ke penjara, badannya terasa tidak enak. Tak lama kemudian beliau wafat, dalam keadaan menderita dalam usia 70 tahun.

KUBUR BERKATA SEWAKTU SEWAKTU JENAZAH FATIMAH AZ-ZAHRA HENDAK DIKEBUMIKAN

Dikisahkan bahawa sewaktu Fatimah r.a. meninggal dunia maka jenazahnya telahdiusung oleh 4 orang, antara :-
1. Ali bin Abi Talib (suami Fatimah r.a)
2. Hasan (anak Fatima r.a)
3. Husin (anak Faimah r.a)
4. Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a

Sewaktu jenazah Fatimah r.a diletakkan di tepi kubur maka Abu Dzafrrin Al- Ghifary r.aberkata kepada kubur, "Wahai kubur, tahukah kamu jenazah siapakah yang kami bawakan kepada kamu ? Jenazah yang kami bawa ini adalah Siti Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah S.A.W."Maka berkata kubur, "Aku bukannya tempat bagi mereka yang berdarjat atau orang yang bernasab, adapun aku adalah tempat amal soleh, orang yang banyak amalnya maka dia akan selamat dariku, tetapi kalau orang itu tidak beramal soleh maka dia tidak akan terlepas dari aku (akan aku layan dia dengan seburuk-buruknya).

"Abu Laits as-Samarqandi berkata kalau seseorang itu hendak selamat dari siksa kubur hendaklah melazimkan empat perkara semuanya :-

1. Hendaklah ia menjaga solatnya
2. Hendaklah dia bersedekah
3. Hendaklah dia membaca al-Qur'an
4.Hendaklah dia memperbanyakkan membaca tasbih kerana dengan memperbanyakkan membaca tasbih, ia akan dapat menyinari kubur dan melapangkannya.

Adapun empat perkara yang harus dijauhi ialah :-

1. Jangan berdusta
2. Jangan mengkhianat 
3. Jangan mengadu-domba (jangan suka mencucuk sana cucuk sini)
4. Jangan kencing sambil berdiri 
Rasulullah S.A.W telah bersabda yang bermaksud, "Bersucilah kamu semua dari kencing,  kerana sesungguhnya kebanyakan siksa kubur itu berpunca dari kencing.

"Seseorang itu tidak dijamin akan terlepas dari segala macam siksaan dalam kubur,walaupun ia seorang alim ulama' atau seorang anak yang bapanya sangat dekat dengan Allah. Sebaliknya kubur itu tidak memandang adakah orang itu orang miskin, orang kaya,orang berkedudukan tinggi atau sebagainya, kubur akan melayan seseorang itumengikut amal soleh yang telah dilakukan sewaktu hidupnya di dunia ini.

Jangan sekali-kali kita berfikir bahawa kita akan dapat menjawab setiap soalan yang dikemukakan oleh dua malaikat Mungkar dan Nakir dengan cara kita menghafal. Pada hari ini kalau kita berkata kepada saudara kita yang jahil takutlah kamu kepada Allahdan takutlah kamu kepada soalan yang akan dikemukakan ke atas kamu oleh malaikat Mungkar dan Nakir, maka mereka mungkin akan menjawab, "Ah mudah sahaja, aku boleh menghafal untuk menjawabnya."Itu adalah kata-kata orang yang tidak berfikiran. Seseorang itu tidak akan dapat menjawab setiap soalan di alam kubur jikalau dia tidak mengamalkannya sebab yangakan menjawab ialah amalnya sendiri. Sekiranya dia rajin membaca al-Qur'an, maka al-Qur'an itu akan membelanya dan begitu juga seterusnya.

HUKUM MEMAKAI CINCIN

Hukum asal memakai cincin adalah HARUS. Jika memakai dengan niat untuk mengikuti sunnah Baginda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang memakai cincin perak maka hukumnya adalah SUNNAH dan diberikan pahalanya oleh Allah Ta’ala . 

Bagi orang lelaki pula , memakai cincin, gelang dan rantai dari emas adalah satu perkara yang HARAM (ditegah oleh agama). Ini satu perkara yang telah dimaklumi oleh hampir kesemua umat Islam. Diriwayatkan oleh Muslim daripada Abdullah Bin Abbas R.Anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah melihat sebentuk cincin emas dijari seorang pemuda,maka Baginda sallallahu alaihi wasallam telah menanggalkannya dan membuang dan bersabda,"Seseorang dari kamu telah mengambil batu dari api neraka dan meletakkan ditangannya." 

Bagi lelaki, pakai cincin tanpa batu permata adalah makruh kerana menyerupai nasrani (kristian). Cincin suasa juga haram dipakai oleh lelaki kerana terdapat emas. Pendapat ini disokong dengan hujah: Kalau makanan tom yam dicampur sedikit daging babi (walaupun perasa babi) adakah boleh dimakan? 

Apakah hukumnya? Di jari mana? ulama` juga berselisih pendapat bahawa di antara tangan kanan dan kiri yang manakah yang lebih utama.maka orang-orang terdahulu memakai cincin di sebelah kanan begitu juga ramai yang memakai di sebelah kiri.adapun di dalam mazhab hanafi adapun kanan itu adalah leibh utama lantaran ianya (memakai cincin itu adalah perhiasan) dan kanan itu lebih mulia dan lebih berhak untuk perhiasan. diriwayatkan oleh Anas R.Anhu juga katanya,"Nabi sallallahu alaihi wasallam telah memakai cincin di sini (lalu menunjukkan kepada jari manis di tangan kirinya."(Muslim) 

Hukum memakai cincin pada jari tengah dan jari telunjuk adalah dilarang oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam dan larangan tersebut bermaksud haram pada setengah ulamak dan setengah ulamak pula berkata dengan makruh Ali bin Abi Talib ra berkata : "Rasullullah sallallahu alaihi wasallam melarang memakai cincin pada jari telunjuk dan jari tengah." 

Hadith Riwayat Muslim. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memakai cincin di jari kelingking tangan kiri sehingga baginda wafat. Inilah yang dipegang Imam Malek, Imam Syafi’e dan Imam Ahmad. Berdasarkan hadith daripada Anas bin Malek : “Adalah cincin Nabi sallallahu alaihi wasallam dipakai pada tangan ini (Dan dia menunjukkan kepada kelingking jari kiri)”. Hadith Riwayat Muslim. Disamping itu Ali bin Abi Talib berkata “Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah melarang saya memakai cincin pada jari telunjuk atau jari yang mengiringinya(jari tengah atau jari hantu)”. Hadith riwayat Muslim, Abu Daud, At-Tirmizi dan An-Nasai. 

Ijmak mengatakan bahawa adalah sunnah bagi orang lelaki memakai cincin di jari manis dan wanita di mana-mana jari sekalipun.Hikmahnya adalah jari manis itu terhindar daripada tugas yang mencabar lantaran kedudukannya di sebelah tepi. Makruh untuk seseorang lelaki memakai cincin di jari hantu(tengah). Batu permata yg haram ialah batu permata yg berbentuk patung, haiwan dan manusia. 

Daripada Saidina Anas r.a dia berkata : “ Sesungguhnya cincin Baginda Nabi sallallahu alaihi wasallam itu dibuat daripada perak dan batunya berwarna habasyi” ~ Hadist diriwayatkan oleh al-Imam Abu Daud rh {Sila rujuk ‘AUNUL MA’ABUD SYARH SUNAN AL- IMAM ABU DAUD (RH), Oleh : Al-Imam Al-Muhaddist Abu Taiyyib Muhd Syamsul Haq al-‘Azim Abadi (rh), Jilid ke-11, ms 213 .Terbitan:Darul Fikr, Beirut 1995} . Erti “ habasyi “ di dalam hadist di atas ialah sejenis batu berwarna hitam yang dikenali sebagai ‘AQIQ . Selain itu suka saya nyatakan di sini , di antara batu- batu yang dijadikan sebagai perhiasan (batu) cincin itu ada yang mempunyai KHASIATNYA . 

Ini merupakan salah-satu tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala . Khasiatnya pula ada berbagai bergantung kepada jenis batu ataupun kayu yang dijadikan batu cincin itu . Ada diantaranya mampu (dengan izin Allah Ta’ala pastinya) merawat demam , menawarkan racun , menyejukkan tubuh . Ada pula yang digunakan dengan cara merapatkan batunya dengan jari si pemakainya agar terasa kesan (khasiat) batu itu , seperti ia mampu menstabilkan sistem dalaman badan seseorang . Itulah di antara khasiat batu cincin . Khasiat ini bukanlah satu perkara yang pelik dan bukanlah pula sesuatu yang ganjil memandangkan batu-batu cincin itu sendiri ada yang berasal daripada gali-galian bumi dan ada pula yang berasal drp pokok-pokok yang berkhasiat . 

ORANG YANG PALING BERANI

Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya,"Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin danbeliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?" Jawab mereka,"Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin."Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa sahaja yangmendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani.""Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Disaat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuh orang yang bertuhankan Allah ?"Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya.Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."

CERITA PENGEMIS DAN ISTERI CANTIK

Pada suatu hari, ketika sepasang suami isteri duduk makan diruang tamu, datang seorang pengemis berpakaian lusuh meminta belas kasihan mereka. "Tolonglah encik, saya lapar, sejak semalam tidak menjamah sesuap nasi." Dengan muka bengis, si suami sambil menjeling isteri yang cantik terus menghalau dan menengking si pengemis itu.

Dalam hatinya berkata "Aku membina perniagaan hingga berjaya bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri dan keluargaku." Si isteri tidak dapat berbuat apa-apa dengan sikap suaminya walaupun dalam hatinya ada niat untuk bersedekah.

Beberapa tahun kemudian, perniagaan si suami jatuh muflis dan dia menjadi miskin. Dia terus menceraikan isterinya kerana tidak mahu isterinya turut menderita sepertinya. Setahun kemudian, isteri yang masih cantik itu berkahwin pula dengan lelaki lain.

Pada suatu hari, sedang si isteri dan suami barunya mengadap makanan, tiba-tiba seorang pengemis mengetuk pintu sambil meminta belas kasihan. Mendengar rayuan pengemis itu si suami menyuruh isterinya menghidangkan sepinggan nasi berlaukkan seperti yang mereka makan.

Setelah memberi sepinggan nasi kepada pengemis itu, si isteri menangkup muka sambil menangis. Si isteri mengadu si pengemis itu sebenarnya adalah bekas suaminya yang dulu pernah menengking seorang pengemis.  Suami yang baru itu menjawab dengan tenang. "Demi Allah, sebenarnya akulah pengemis yang dihalau dan ditengking dulu!".

Cerita ini memberi pengajaran bahawa hidup kita seperti putaran roda dan tidak
selalunya diatas. Ada masa ketikanya kita akan turun kebawah dan naik semula atau
sebaliknya.

Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya : "Sedekah itu dapat menutup tujuh puluh ribu kejahatan". Anas b. Malik pula meriwayatkan bahawa Nabi Muhammad s.a.w ada bersabda
bermaksud : "Barang siapa mempunyai harta, maka bersedekahlah dengan kekayaannya, barang siapa yang mempunyai ilmu, maka bersedekahlah dengan ilmunya dan barang siapa
yang mempunyai tenaga, bersedekahlah dengan tenaganya".

PENDERITAAN YANG DIALAMI OLEH ABU HURAIRAH

Pada suatu hari Abu Hurairah sedang membersihkan hidungnya dengan sehelai saputangan yang cantik. Kemudian dia bercakap seorang diri. "Ah, lihat akan Abu Hurairah, dia membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Teringat aku semasa aku biasanya berbaring di antara mimbar dengan rumah Nabi. Orang menyangka aku menghidap penyakit sawan. Tetapi sebenarnya aku sedang menderita kelaparan."Abu Hurairah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Kadang-kadang kelaparan yang dihadapinya begitu dahsyat hingga ia jatuh pengsan. Orang yang melihat keadaannya menyangka ia terkena penyakit sawan. Pada masa itu penderita-penderita penyakit sawan diubati dengan meletakkan kaki di lehernya. Penderitaan Abu Hurairah ini berlaku semasa Islam mula bertapak di Tanah Arab. Apabila Islam telah tersebar dengan luasnya, keadaan hidupnya agak mewah sedikit.Dia merupakan seorang yang sangat warak dan suka menunaikan sembahyang-sembahyang nafilah. Dia mempunyai sebuah uncang yang penuh dengan biji-biji buah tamar yang digunakan untuk berzikir. Di rumahnya sentiasa terdapat orang yang sibuk bersembahyang.

SETERIKA API YANG MENYALA AKAN DISETERIKAKAN KEATAS PERUT DAN PUNGGUNG MEREKA YANG ENGGAN MEMBAYAR ZAKAT

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:´ Kalau sesiapayang mempunyai emas dan perak tetapi tidak mahu membayar zakat, maka pada hari kiamat nanti akan dibuatkan seterika untuknya, yakni seterika api yang dinyalakan dalam neraka Jahanam, lalu akan diseterika ke atas perut dan punggungnya, apabila seterika itu sejuk maka akan dipanaskan kembali dan diseterikakan semula keatasnya., begitulah akan diulang-ulangkanselama 50 tahun sehingga perkaranya diputuskan. Setelah itu barulah ia akan melihat jalan keluar, mungkin ke syurga atau ke neraka.´

Kemudian orang ramai telah bertanya kepada baginda:´Ya Rasulullah! Bagaimana dengan Unta?´ maka berkata baginda:´ Tidak ada kecuali pemilik unta yang tidak membayar zakatuntuknya.´ Sambung baginda lagi:´ Termasuk juga di dalamnya kewajipan memerahnya ketika ia dibawa ketempat minum. Maka pada hari kiamat nanti orang itu akan ditelentangkan di tempat yang rata supaya dipijak-pijak oleh unta-unta yang paling gemuk yang besar-besar, hingga kananak-anak unta yang paling kecil sekali pon akan memijak-mijak dengan kukunya serta mengigit dengan giginya yang tajam. Setelah satu pergi kemudian datang pula yang satu lagi memijak-mijaknya , demikianlah hal itu berlaku setiap hari hingga perkaranya selesai diadili. Dalam hadis yang sama menerangkan bahawa satu hari di akhirat sama dengan 50.000 tahun di dunia. Setelah itu barulah dia dapat melihat jalan keluar, mungkin ke syurga atau pun mungkin ke neraka.

JIBRIL A.S, KERBAU, KELAWAR DAN CACING

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau.

Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau. Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau".

Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar.

Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah. Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

GURAU DAN CANDA RASULULLAH SAW

Rasulullah SAW bergaul dengan semua orang. Baginda menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Baginda bergurau dengan anak kecil, bermainmain dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Baginda tidak berkata kecuali yang benar saja.
 

Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata, "Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya. "Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah SAW. "Ia tidak mampu", kata perempuan itu. "Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta". "Ia tidak mampu".

Para sahabat yang berada di situ berkata, "bukankah unta itu juga anak unta?" Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu". "Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah SAW.

Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, "kenapa kamu ini?". "Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih", kata istrinya menerangkan. "Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.

Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga". "Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua".

Perempuan itu lalu menangis.

Rasulullah menjelaskan, "tidakkah kamu membaca firman Allah ini, Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya".

Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...